Sabtu, 02 Februari 2008

Alamat Pabrik Kelapa di Indonesia


Sumatera Utara8
Jambi3
Sulawesi Utara4

Daftar Pelaku Usaha Komoditi Industri Minyak Kelapa
Sumatera Utara
Nama Perusahaan
Alamat Perusahaan
Jenis Produksi (Kapasitas)
BINTANG MAKMUR.CV
Jl. Sudirman No. 96 G. Sitoli Kec. Gunung Sitoli Nias Sumatera Utara 22813Tel: 0639-21834CP: Herman
Minyak Kelapa
MUSLIM MAS.PT
Jl. Yos sudarso Km 7.8 Medan Kec. Medan Deli Medan Sumatera Utara 20241Tel: 061-6615511CP: FennyJl. Pandu No. 1
Minyak Kelapa
PELITA KIL. MINYAK
Kel. Sei Merbau Kec. Teluk Nibung Tanjung Balai Sumatera Utara 21334Tel: 0623-92121CP: Mahadi Asalim
Minyak Kelapa
SAUDARA JAYA
Beringin Kec. Beringin Deli Serang Sumatera UtaraTel: 061-7951927CP: Irwan Vistanio
Pengolahan Minyak Kelapa
SEDAR ABADI JAYA.PT
Jl. Kelapa No. 58 Kec. Lahewa Nias Sumatera Utara 22815Tel: 0639-21717 / 0639-22717CP: Yurdin Zebua
Minyak Kelapa
SINAR JAYA LAHEWA.CV
Jl. Bung Tomo No. 90 Kec. Lahewa Nias Sumatera Utara 22853CP: Arwan
Minyak Kelapa
SUMATERA BARU KIL. MINYAK
Jl. Teluk Nibung Desa Sei Merbau Kec. Teluk Nibung Tanjung Balai Sumatera Utara 21334Tel: 0623-92908 / 0623-93508CP: Ulong Dedy
Minyak Kelapa
WANGI KIL. MINYAK KELAPA
Batu Malenggang Sm Jl. Pemuda Tg Pura No. 20 Kec. Hinai Langkat Sumatera Utara 20854Tel: 960091CP: O Muin
Minyak Kelapa

Jambi
Nama Perusahaan
Alamat Perusahaan
Jenis Produksi (Kapasitas)
KURNIA TUNGGAL.PD
Jl. Karet 75 Kec. Pasar Jambi 36111CP: Budiyanto
Minyak Kelapa
PELITA SARI PRIMA JADI.PT
Desa Kuala Mendahara Kec. Mendahara Tanjung Jabung Timur Jambi 36561CP: Soewanto
Minyak Kelapa
SUMBER WARAS
Tungkal Harapan Sungai Beram 1 Tambak kecil, Kec. Tungkal Ulu Tanjung Jabung Barat Jambi 36511CP: Aseno Halim
Minyak Kelapa

Sulawesi Utara
Nama Perusahaan
Alamat Perusahaan
Jenis Produksi (Kapasitas)
BITUNG MANADO OIL LIMITED.PT
Jl. Walanda Maramis Kec. Bitung Tengah Bitung Sulawesi Utara 95513Tel: 21072 / 68064CP: Stevanus Prasethio
Minyak Kelapa
BUKIT ZAITUN.PT
Jl. Raya Bitung Madidir Lk IV Kec. Bitung Tengah Bitung Sulawesi UtaraTel: 21263-21598-30410
Minyak Kelapa
KAMANGTA VEGETABLE OIL
Jl. Akd Kawangkoan Bawah Link X Kec. Tombasian Minahasa Sulawesi UtaraTel: 0438-21132, 21133, 21100
Minyak Kelapa
PMK KARYA JAYA
Desa Kalasey Pineleng Kec. Pineleng Minahasa Sulawesi Utara 95361CP: Willem Inkiriwang
Minyak Kelapa

Sabtu, 05 Januari 2008

Pengolahan dan Pemanpaatan Sabut Kelapa


Pengolahan dan Pemanpaatan Sabut Kelapa



Kelapa untuk Berdayakan Masyarakat Pesisir
KEHIDUPAN masyarakat pesisir identik dengan kemiskinan meski sumber daya alam di kawasan itu begitu melimpah. Tengoklah pada beragamnya ikan yang memiliki nilai jual tinggi, tumbuhan laut yang berkhasiat obat dan menjadi bahan makanan, serta pohon kelapa yang mempunyai 1001 kegunaan.
Dari sumber daya hayati yang disebut terakhir itu, sebagai negara kepulauan yang panjang garis pantainya mencapai 81.000 kilometer, terbayang begitu melimpahkan potensi negeri ini dan manfaat yang bisa diraih. Indonesia diperkirakan memiliki areal pohon kelapa terluas di dunia, yaitu sekitar 3.712 hektar, yang hampir seluruhnya adalah perkebunan rakyat dan merupakan sumber penghasilan sekitar dua setengah juta keluarga petani.
Mulai dari bagian akar hingga daunnya telah dihasilkan beragam jenis produk, seperti bahan bangunan, furnitur, perabot rumah tangga, makanan, dan minuman. Sayangnya, kelimpahan sumber daya alam yang ada dan hasil kreativitas mereka itu belum menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan memberikan pendapatan yang lumayan bagi masyarakat pesisir.
Padahal, dari kelapa bisa dihasilkan produk yang bernilai tambah tinggi antara lain bila diolah menjadi sarana kebersihan, seperti sabun, kosmetik, dan obat-obatan. Sementara itu, dari sabut kelapa yang umumnya hanya dipintal menjadi tali dan keset ternyata dapat menjadi produk yang punya nilai tambah lebih tinggi. Serbuk dan serat lebih lanjut dapat diolah menjadi dinding peredam suara, kayu partikel, media tanam, matras, jok mobil, dan pelapis tempat tidur pegas.
Selama ini industri dalam negeri hanya mengekspornya dalam bentuk serat dan serbuk sabut kelapa (cocodust), yaitu ke Korea Selatan, Australia, Brasil, dan Jerman. Bahan baku itu di negara masing-masing diolah lebih lanjut menjadi produk tersebut.
Sementara itu, Indonesia juga belum bisa memperoleh keuntungan yang besar dari ekspor minyak kelapa. Nilai ekspornya saat ini hanya 32,2 persen dari total ekspor dunia, masih di bawah Filipina yang sebesar 45,6 persen. Padahal, daya serap pasar dunia pada minyak kelapa tergolong tinggi. Karena, masyarakat di Eropa Barat, misalnya, memerlukan 570.000 ton atau 20,3 persen pasar dunia, AS 467.000 ton (16,6 persen), dan India memerlukan 451.000 ton minyak kelapa. (16,1 persen).
Selain volume ekspornya rendah, Indonesia belu

m mengembangkan produk minyak yang bernilai jual tinggi. Ekspor dari negeri ini masih dalam bentuk minyak kelapa biasa, sedangkan Filipina memproduksi minyak kelapa murni (virgin coconut oil/VCO) yang harganya bisa mencapai tiga hingga empat kali minyak kelapa biasa. Minyak ini mempunyai nilai tambah besar karena dapat digunakan sebagai bahan baku pada berbagai produk, seperti kosmetik, sabun, makanan, dan obat-obatan.
Pemberdayaan masyarakat
Melihat potensi ekspor produk olahan kelapa, beberapa upaya telah dilakukan untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat pesisir sehingga mereka dapat meningkatkan taraf perekonomian dan kesejahteraan.
Untuk pembuatan sabut dan serbuk sabut kelapa, Balai Besar Kimia dan Kemasan Deperindag telah membuat mesin pelumat sabut berkapasitas 150 kilogram per jam yang telah digunakan industri kecil di Malingping, Banten.
Sedangkan di Minahasa Selatan, Sulawesi Utara-yang dikenal sebagai bumi sejuta nyiur melambai, sebuah LSM bernama Yayasan Minahasa Raya- bekerja sama dengan Private Enterprise Participation Project dan Canada International Development Agency mengembangkan teknik pengolahan kelapa dan pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat pesisir. Kegiatan industri ini akan menyerap tenaga kerja lokal dan menghidupkan kegiatan di rumah-rumah tangga.
Dengan dana 1,5 juta dollar AS, program tersebut meliputi pembuatan desain mesin pemeran santan dan membangun industri kecil pengolahan kelapa, termasuk proses pembuatan VCO. Hasil sampingan dalam proses pembuatan VCO berupa santan sisanya dapat terus diolah dengan dimasak hingga dihasilkan minyak goreng berkualitas tinggi.
Sementara itu, sabut kelapa, tempurung kelapa, kulit ari, dan ampas juga diproses lebih lanjut. Sabut kelapa digunakan sebagai bahan bakar pemasakan atau tungku. Selain itu juga diolah menjadi produk lain seperti sapu, jok kursi, dan busa tempat tidur. Tempurung kelapa selain sebagai bahan bakar untuk memasak juga diolah menjadi arang tempurung dan karbon aktif. Kulit ari dapat diproses lagi untuk dijadikan minyak goreng kualitas kedua, sedangkan ampas kelapanya dapat digunakan sebagai pakan ternak.
Pengenalan teknik pembuatan VCO juga dilakukan oleh Persatuan Dharma Wanita di lingkungan Kementerian Riset dan Teknologi dan Lembaga Pemerintah Nondepartemen Riset dan Teknologi belum lama ini. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga lewat aplikasi teknologi tepat guna (TTG) yang dapat diterapkan di lingkungan rumah tangga. Dengan penerapan TTG ini dapat membuka peluang bagi masyarakat, terutama kaum perempuan, untuk memperoleh nilai tambah melalui industri rumah tangga. Mesin pemeras santan misalnya sangat mudah dioperasikan dalam skala rumah tangga, terutama kaum ibu.
Khasiat VCO
Sosialisasi VCO saat ini memang tengah dilakukan di berbagai tempat karena memiliki potensi pasar yang menjanjikan. Tingginya harga jual VCO dan pasarnya yang terus meningkat disebabkan banyaknya khasiat jenis minyak kelapa yang satu ini, antara lain dapat melangsingkan tubuh, memperbaiki metabolisme tubuh dan menetralisis kadar gula darah bagi penderita diabetes, serta mengobati berbagai penyakit lain bahkan yang mematikan seperti HIV.
Ini karena dalam minyak ini terkandung asam laurik hingga 53 persen dan asam kaprik (6 persen), yang merupakan asam lemak jenuh berantai karbon sedang (medium chain fatty acid/MCFA). Keduanya akan diubah menjadi senyawa monogliserida dalam tubuh, yang bersifat antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa. Dalam tubuh asam laurik berubah menjadi monolaurin, sedangkan asam kaprik menjadi monokaprin.
Berbagai bakteri dan virus serta protozoa yang dapat ditangkal monolaurin meliputi listeria monositogen dan helikobakteri pilorida, HIV, virus herpes simpleks-1 (HSV-1), virus vesikular stomatitis dan virus visna, virus sito megalo dan virus influenza, serta protozoa giadia lamblia. Sedangkan monokaprin mengatasi virus mematikan HIV-1 dan penyakit infeksi seksual seperti virus HSV-2 dan bakteri neisseria gonorrhoeae.
Khasiat VCO dalam menanggulangi penyakit virus telah lebih dari 30 tahun lalu diketahui antara lain oleh Profesor J Kabara yang telah mendapatkan hak paten dari penelitiannya itu. Sedangkan Dr Condrado Dayrit dari Filipina pada tahun 1980-an yang mula-mula melaporkan kemampuan asam laurik dan kaprik dalam mematikan virus HIV. Lemak jenuh berantai sedang dalam VCO karena dapat meningkatkan fungsi metabolisme tubuh, maka juga bermanfaat mengatasi obesitas, penyakit jantung, dan keropos tulang atau osteoporosis. Dengan membaiknya metabolisme, daya tahan terhadap penyakit akan meningkat dan cepat sembuh dari sakit.
Terganggunya metabolisme diawali dengan menurunnya produksi insulin atau enzim yang membantu zat gula dan protein masuk ke dalam sel. Unsur-unsur itu diketahui menjadi sumber energi bagi sel. Karena itu, bagi mereka yang mengalami gangguan fungsi insulin atau enzim, seperti penderita diabetes melitus, asupan MCFA akan membantu. Karena asam lemak jenuh rantai panjang itu dapat menembus dinding tanpa bantuan enzim. Dengan demikian, sel dapat menghasilkan energi lebih cepat.
Proses pembuatan
Berbeda dari minyak kelapa biasa yang terbuat dari kopra, VCO diproses dari buah kelapa tua yang masih segar yang baru dipetik. Buah kelapa itu terlebih dulu dikupas sabutnya, tempurung, dan kulit arinya.
Daging buahnya yang putih diparut, kemudian diperas dengan mesin pemeras santan (coco milk expeller) yang didesain khusus hingga diperoleh santan kental. Coco milk expeller sangat efektif karena dapat dioperasikan secara terus-menerus dengan kapasitas hingga 2.000 butir kelapa per hari.
Kelapa santan yang berupa krim ini lalu dimasak pada suhu sekitar 950 derajat Celsius sampai dihasilkan minyak. Minyak yang dihasilkan itu dipisahkan dari air lewat proses penguapan hingga dihasilkan minyak kelapa murni yang disebut VCO. Untuk menghasilkan satu liter VCO dibutuhkan 10-15 butir kelapa.
Pada tahap pemisahan minyak dan air ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu meliputi perebusan, fermentasi, pendinginan, pengadukan secara mekanis, dan pemberian enzim. Metode yang digunakan di Filipina adalah fermentasi secara tradisional. Santan yang diambil dari buah kelapa yang masih segar difermentasi selama 24 hingga 36 jam. Fermentasi buah kelapa dilakukan oleh mikroba yang secara alami terdapat dalam buah ini.
Selama waktu itu, air dipisahkan dari minyak. Minyak kemudian sedikit dipanaskan dalam waktu singkat untuk membersihkan larutan dan kemudian sedikit disaring. Dengan cara fermentasi, pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa minyak kelapa murni ini berkualitas sangat tinggi, yaitu mengandung asam laurik sekitar 50 hingga 55 persen.
Karena proses pembuatannya tidak menggunakan pemanasan yang tinggi dan lama, maka selain menghasilkan lemak-lemak berantai sedang (MCFA), keberadaan vitamin E dan enzim-enzim yang terkandung dalam daging buah kelapa dapat tetap mempertahankan.
VCO mempunyai sifat tahan terhadap panas, cahaya, oksigen, dan tahan terhadap proses degradasi. Dengan sifat itu, minyak ini dapat disimpan pada suhu kamar selama bertahun- tahun. Dalam pemanfaatannya, VCO dapat dikonsumsi secara langsung atau dipakai untuk memasak
Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan negara penghasil kelapa yang utama di dunia. Pada tahun 2000, luas areal tanaman kelapa di Indonesia mencapai 3,76 juta Ha, dengan total produksi diperkirakan sebanyak 14 milyar butir kelapa, yang sebagian besar (95 persen) merupakan perkebunan rakyat. Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial budaya.
Sabut kelapa merupakan hasil samping, dan merupakan bagian yang terbesar dari buah kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa. Dengan demikian, apabila secara rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,6 juta ton, maka berarti terdapat sekitar 1,7 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan. Potensi produksi sabut kelapa yang sedemikian besar belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahnya.
Serat sabut kelapa, atau dalam perdagangan dunia dikenal sebagai Coco Fiber, Coir fiber, coir yarn, coir mats, dan rugs, merupakan produk hasil pengolahan sabut kelapa. Secara tradisionil serat sabut kelapa hanya dimanfaatkan untuk bahan pembuat sapu, keset, tali dan alat-alat rumah tangga lain. Perkembangan teknologi, sifat fisika-kimia serat, dan kesadaran konsumen untuk kembali ke bahan alami, membuat serat sabut kelapa dimanfaatkan menjadi bahan baku industri karpet, jok dan dashboard kendaraan, kasur, bantal, dan hardboard. Serat sabut kelapa juga dimanfaatkan untuk pengendalian erosi. Serat sabut kelapa diproses untuk dijadikan Coir Fiber Sheet yang digunakan untuk lapisan kursi mobil, Spring Bed dan lain-lain.
Serat sabut kelapa bagi negara-negara tetangga penghasil kelapa sudah merupakan komoditi ekspor yang memasok kebutuhan dunia yang berkisar 75,7 ribu ton pada tahun 1990. Indonesia walaupun merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia, pangsa pasar serat sabut kelapa masih sangat kecil. Kecenderungan kebutuhan dunia terhadap serat kelapa yang meningkat dan perkembangan jumlah dan keragaman industri di Indonesia yang berpotensi dalam menggunakan serat sabut kelapa sebagai bahan baku / bahan pembantu, merupakan potensi yang besar bagi pengembangan industri pengolahan serat sabut kelapa.
Hasil samping pengolahan serat sabut kelapa berupa butiran-butiran gabus sabut kelapa, dikenal dengan nama Coco Peat. Sifat fisika-kimianya yang dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk, serta dapat menetralkan keasaman tanah menjadikan hasil samping ini mempunyai nilai ekonomi. Coco Peat digunakan sebagai media pertumbuhan tanaman hortikultur dan media tanaman rumah kaca.
Dari aspek teknologi, pengolahan serat sabut kelapa relatif sederhana yang dapat dilaksanakan oleh usaha-usaha kecil. Adapun kendala dan masalah dalam pengembangan usaha kecil/menengah industri pengolahan serat sabut kelapa adalah keterbatasan modal, akses terhadap informasi pasar dan pasar yang terbatas, serta kualitas serat yang masih belum memenuhi persyaratan.
Dalam rangka menunjang pengembangan industri serat sabut kelapa yang potensial ini, diperlukan acuan yang dapat dimanfaatkan pihak perbankan, investor serta pengusaha kecil dan menengah sehingga memudahkan semua pihak dalam mengimplementasikan pengembangan usaha pengolahan serat sabut kelapa ini. Hasil penelitian yang disusun dalam bentuk Lending Model ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Tujuan
Tujuan dari penyusunan buku ini adalah:
Menyediakan rujukan bagi perbankan dalam rangka meningkatkan realisasi kredit usaha kecil, khususnya untuk komoditi serat sabut kelapa
Menyediakan informasi dan pengetahuan untuk mengembangkan usaha kecil serat sabut kelapa terutama tentang aspek keuangan, produksi, dan pemasaran.
Ruang Lingkup
Penyusunan lending model ini memerlukan studi mengenai pola pembiayaannya yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
Aspek pemasaran yang meliputi antara lain kondisi permintaan (termasuk pasar ekspor), penawaran, persaingan, harga, proyeksi permintaan pasar;
Aspek produksi yang meliputi gambaran komoditi, persyaratan teknis produk, proses pengolahan, dan penanganannya;
Aspek keuangan yang meliputi perhitungan kebutuhan biaya investasi dan kelayakan keuangan (menggunakan alat analisis rugi-laba, cash flow, net present value, pay back period, benefit cost ratio, dan internal rate of return) dilengkapi analisa sensitivitas;
Aspek sosial-ekonomi yang meliputi pengaruh pengembangan usaha komoditi yang diteliti terhadap perekonomian, penciptaan lapangan kerja, dan pengaruh terhadap sektor lain;
Aspek dampak lingkungan.
Metode Penelitian
Survei lapang dilakukan untuk memperoleh data sebagai berikut:Data primer dari pengusaha kecil (pengusaha coco fiber);
Data sekunder dari perbankan dan instansi terkait (Kandep Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ciamis).
Tokoh masyarakat setempat (tokoh formal dan tokoh informal).
Analisis data tersebut di atas selanjutnya dilakukan atas hal-hal sebagai berikut:
analisis usaha, dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh komoditi yang diteliti dilihat dari aspek-aspek pemasaran, produksi, sosial-ekonomi, dan dampak lingkungannya;
analisis pembiayaan, dilakukan untuk mengetahui bagaimana pembiayaan proyek dan kelayakan usaha dilihat dari aspek keuangannya.
Untuk kepentingan pengumpulan dan analisis data tersebut di atas, sampel usaha kecil di wilayah penelitian diambil secara acak dengan persyaratan bahwa usaha kecil tersebut yang paling banyak terdapat di wilayah studi, tetapi dengan mengutamakan mereka yang mendapat kredit bank untuk usahanya.
Malaysia Minta Impor Sabut Kelapa dari SultraKENDARI – Pengusaha asal Malaysia meminta impor sabut kelapa dari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) sebanyak 60.000 ton per tahun. Namun pengolah sabut kepala yang tergabung dalam Asosiasi Kelompok Usaha Bersama (AKUB) baru mampu memenuhi permintaan tersebut sebanyak 30.000 ton per tahun. ”Belum terpenuhinya kuota permintaan ini karena terbentur pada masalah mesin pengolah sabut kelapa yang dimiliki AKUB, kapasitasnya masih sangat terbatas,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sultra Drs H Amir Manab dalam percakapan dengan SH, di Kendari, Jumat (13/5).Menurut Amir Manab, asosiasi yang mengusahakan ekspor sabut kelapa ke Malaysia tersebut melibatkan 87.390 keluarga petani kelapa sebagai pemasok bahan baku. Para petani tersebut tersebar pada 21 sentra produksi kelapa di lima wilayah kabupaten di daerah ini. Luas areal tanaman kelapa di Sultra yang potensial untuk komoditas ekspor mencapai 71.129 hektare, dengan produksi ratusan ribu ton per tahun. ”Kita sudah membantu asosiasi itu dua unit mesin pengolah sabut kelapa menjadi bahan setengah jadi. Namun tetap saja kapasitas produksinya belum mampu memenuhi permintaan ekspor ke Malaysia sesuai dengan kuota,” katanya.Amir menambahkan pengusaha Malaysia mengimpor sabut kepala tersebut untuk kebutuhan industri pembuatan jok mobil dan industri kasur tempat tidur bagi hotel-hotel berbitang. ”Di Malaysia, jok mobil dan kasur tempat tidur di sejumlah hotel sekarang sudah lebih banyak menggunakan sabut kepala. Katanya, jok mobil dan kasur dari sabut kepala lebih nyaman ketimbang menggunakan bahan empuk karet busa atau kapuk,” kata Amir Manab
DICARI SABUT KELAPA:Sabut kelapa yang telah diolah dengan ketentuan sebagai berikut :1. Panjang : 10 - 15 Cm2. Kadar air : Maksimal 7%3. Kadar debu : Maksimal 3%4. Warna : Kuning ( coklat muda
Cina Butuh 1.000 Ton Sabut Kelapa Per Bulan
27 May 2004
Pontensi ekspor untuk produk turunan tanaman kelapa masih terbuka lebar. Salah satunya permintaan Cina sebanyak 1.000 ton sabut kelapa per bulan
Pontensi ekspor untuk produk turunan tanaman kelapa masih terbuka lebar. Salah satunya permintaan Cina sebanyak 1.000 ton sabut kelapa per bulan belum mampu dipenuhi industri pengolahan kelapa di dalam negeri. Kapasitas produksi di dalam negeri hanya sekitar 150-200 ton per bulan. Menurut Kedua Bidang Usaha dan Invetsasi Forum Komunikasi Perkelapaan Indonesia (FOKPI), Firman Alamsyah kepada Pembaruan, Senin (17/5) di Jakarta, kebutuhan Cina sekitar 5.000 ton per bulan yang akan diolah ke berbagai produk lainnya seperti alat media tanam. Untuk Indonesia, Cina meminta pasokan sekitar 1.000 ton per bulan namun belum mampu dipenuhi oleh pelaku usaha di dalam negeri karena konsumsi di dalam negeri juga meningkat. Padahal, harga untuk sabut kelapa di Cina sangat bagus yakni sekitar US$ 190 per ton. "Permintaan itu belum mampu dipenuhi karena konsumsi di dalam negeri juga meningkat, terutama untuk membuat jok mobil. Saat ini saja total permintaan sabut kelapa untuk jok mobil Zenia dan Avanza sekitar 110 ton per bulan. Selain itu, permintaan untuk membuat alas spring bed dan tali tambang dari sabut kelapa juga terus meningkat," katanya.Dia menjelaskan, kemampuan produksi dalam negeri masih dapat ditingkatkan jika pengolahan produk turunan kelapa semakin di tingkatkan. Kapasitas produksi sabut kelapa beberapa perusahaan umumnya berada di bawah 30 ton per bulan. Hanya dua perusahaan yang mempunyai kapasitas antara 100-150 ton per bulan. Selain itu, lanjutnya, produk turunan sabut kelapa dapat diolah menjadi filter untuk penyaring limbah yang biasa digunakan di beberapa industri pertambangan. Selama ini, filter yang diproduksi dari sabut kelapa juga justru diimpor untuk keperluan di dalam negeri. KonsorsiumBerkaitan dengan potensi dan pasar yang masih terbuka, FOKPI juga tengah menyiapkan sebuah tim untuk membentuk konsorsium yang melibatkan semua pihak terkait (stakeholders) perkelapaan Indonesia. Menurut Sekjen FOKPI Donatus Sabon, konsorsium yang dimaksud tersebut untuk memfasilitasi pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam mengembangkan industri perkelapaan di Indonesia. Perhatian pemerintah yang masih minim dalam mendorong industri rakyat harus segera diisi guna meningkatkan pengelolaan kelapa Indonesia yang cukup dikenal di luar negeri."Dari forum bersama pekan lalu pada dasarnya semua sepakat adanya Konsorsium Industri Kelapa Terpadu untuk mendorong industri perkelapaan. Kini, tengah disiapkan sebuah tim kecil dan dalam waktu dekat akan diwujudkan," ujarnya. Firman menambahkan, komunikasi antara pemerintah dan pelaku usaha bidang perkelapaan ini akan semakin meningkatkan investasi di beberapa sentra produsen kelapa. Dia berharap, keinginan pemerintah daerah Kalimantan Barat (Kabupaten Sambas dan Pontianak) untuk mendirikan dua industri pengolaan kelapa dapat diwujudkan. Rata-rata investasi untuk satu industri terpadu pengolahan kelapa sekitar Rp 2 miliar, tetapi itu sangat tergantung pada lokasi dan teknologi yang digunakan."Dukungan pemerintah daerah ini sangat penting untuk mendorong investasi pengelolaan tanaman kelapa seperti di Kalimantan Barat. Dalam waktu akan dibuat MoU (nota kesepahaman) pihak-pihak terkait untuk membuat pabrik yang mengolah seluruh bagian dari tanaman kelapa," jelasnya.
Peluang investasi





Sama dengan bidang agrikultur, di sektor industri ini peran investor diharapkan untuk menggarap/ memperluas Pasar (Marketing), terutama untuk komoditas bambu, tempurung, sapu, knalpot, kayu, dan air minum dalam kemasan (AMDK).
Disamping itu, secara spesifik, peluang investasi di sector industri dapat diuraikan sbb :
a. Gula Kelapa
Kabupaten Purbalingga merupakan daerah agraris dengan potensi hasil pertanian yang cukup melimpah. Tanaman perkebunan yang dihasilkan di hampir seluruh wilayah Purbalingga adalah pohon kelapa. Hasil pohon kelapa yang cukup besar terdiri dari kelapa deres yang diambil produk gula kelapa dan kelapa dalam yang diambil produk buahnya.
Gula kelapa dihasilkan hampir di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Purbalingga. Sentra penghasil gula kelapa berada di wilayah kecamatan Kutasari, Bojongsari, Bobotsari, Kemangkon, Pengadegan, Kaligondang dan Kejobong. Jumlah pengrajin gula kelapa di Kabupaten Purbalingga lebih dari 14.000 orang dengan jumlah produksi gula kelapa mencapai lebih dari 30.240 ton per tahun.
Pangsa pasar gula kelapa meliputi :
1. Pasar tradisional, dengan konsumen akhir rumah tangga
Pangsa pasar ini tidak terlalu membutuhkan persyaratan kualitas dan penampilan produk secara khusus. Kulaitas dan penampilan produk yang diinginkan terbatas pada tingkat kualitas biasa / wajar secara umum.
2. Pabrikan, sebagai bahan baku produk kecap dan berbagai produk industri yang lain.
Pangsa pasar gula kelapa ke pabrikan kecap membutuhkan persyaratan kualitas tertentu (terutama kebersihan dan tingkat kekeringan produk), karena pihak pabrikan sudah menerapkan quality control pada bahan baku. Volume produk yang dibutuhkan dalam satu satua waktu cukup banyak (mencapai ratusan ton dalam seminggu). Sedangkan ukuran produk tidak begitu dipersoalkan. Pangsa pasar pabrikan hanya dapat ditembus oleh para pengepul gula kelapa yang mempunyai omset dan modal usaha memadai.
3. Pangsa pasar menengah ke atas dan eksport
Pangsa pasar menengah ke atas dapat berupa toko swalayan atau supermarket, toko-toko besar, restoran atau rumah makan berkelas, hotel berbintang maupun rumah tangga kaya ataupun kaum terpelajar. Pangsa pasar ini mempersyaratkan kualitas (kebersihan, daya simpan) dan penampilan yang menarik, bahkan terkadang menuntut kepraktisan dalam penggunaan. Gula kelapa untuk pangsa pasar ini harus benar-benar bersih, warna relatif seragam, tanpa bahan pengawet, ukuran standar (seragam), penampilan kemasan menarik dan praktis / mudah dibawa. Bahkan untuk persyaratan kualitas dituntut adanya uji laboratorium. Pangsa pasar ini memungkinkan untuk diversifikasi produk berupa gula cair, gula serbuk maupun gula batangan. Untuk dapat memberikan pengaruh positif terhadap harga dan meningkatkan nilai tambah gula kelapa, penetrasi akses pangsa pasar ini harus terus ditingkatkan. Permintaan pasar eksport gula kelapa masih sangat besar dan sampai saat ini belum dapat terpenuhi.
Dengan potensi hasil gula kelapa yang cukup tinggi tersebut sangat memungkinkan di wilayah Kabupaten Purbalingga didirikan pabrikan dengan bahan baku gula kelapa maupun peningkatan pengolahan (termasuk diversifikasi produk) gula kelapa dengan pangsa pasar menengah keatas maupun eksport.

b. Sabut Kelapa
Sabut kelapa merupakan hasil sampingan dari kelapa dalam setelah diambil daging buah kelapa yang dimanfaatkan untuk kopra maupun konsumsi rumah tangga. Jumlah produksi kelapa dalam sekitar 57.400.000 butir per tahun. Sentra penghasil sabut kelapa berada di wilayah Kecamatan Karangmoncol, Kejobong, Bukateja, Kemangkon, Kutasari, Kaligondang dan Pengadegan.
Pemanfaatan sabut kelapa menjadi barang industri masih sangat terbatas pada industri kecil peralatan rumah tangga seperti sapu, keset dan tali. Secara khusus pengolahan sabut kelapa menghasilkan 2 jenis produk utama yaitu cocofibre (40 -45 %) dan cocodust (45 – 50 %) serta aul (5 – 15 %) sebagai hasil sampingan.
Serat sabut kelapa (mattress fibre atau coirfibre) yang dihasilkan dari pengolahan sabut kelapa dapat digunakan untuk :
a. bahan peredam dan penahan panas pada industri pesawat terbang
b. bahan pengisi jok atau bantalan kursi pada industri mobil mewah di eropa
c. bahan geotekstil untuk perbaikan tanah pada bendungan, saluran air, dll
d. bahan cocosheet sebagai pengganti busa pada industri spring bed
e. bahan untuk membuat tali, sapu, sikat, keset dan alat rumah tangga lain.
Di beberapa negara produsen hasil olahan sabut kelapa, serat sabut kelapa telah digunakan sebagai benang (coir yarn), tikar (coir mattings), keset (coir mats), karpet (rugs and carpets), coco sheet atau ruberized coir, tambang (coir rope), pintalan (coir twine), twist fibre, bristle dan mattress fibre.
Serat sabut kelapa memiliki keunggulan dibandingkan dengan produk substitusinya, terutama serat sintetis, yaitu :
memiliki daya serap air yang sangat tinggi
memiliki sifat material yang ramah lingkungan (natural recycle
memiliki daya serap panas yang sangat tinggi
proses pengolahannya tidak mencemari lingkungan
menggunakan mesin pengolah yang relatif sederhana
memiliki pangsa pasar yang sangat besar baik domestik maupun eksport Serbuk sabut kelapa (cocodust) dapat dimanfaatkan sebagai media tanaman komersial seperti media jamur, media hortikultura dengan nilai ekonomis tinggi dan media tanaman hidrophonik. Fungsi ini didukung dengan sifat keunggulan materialnya yang mampu menyerap air dalam jumlah besar, mudah dalam sirkulasi udara sehingga pernafasan akar tanaman lebih baik. Di negeri Belanda sebagai negara pengguna dan pengimport serbuk sabut kelapa terbesar di dunia telah menggunakan serbuk sabut kelapa secara luas sebagai media berbagai macam tanaman.
Aul sabut kelapa yang dicampur dengan serbuk sabut kelapa dan dipadatkan dengan hidrilic press dimanfaatkan sebagai media tanaman anggrek yang relatif lebih murah dibandingkan dengan media tanam yang lain.

Jumat, 04 Januari 2008

Perkembangan Minyak Kelapa VCO


Tahapan Pembuatan Minyak Kelapa
Pembuatan VCO secara tradisional sudah sejak lama dipraktikkan oleh ibu-ibu di pedesaan. Umumnya, VCO yang dihasilkan digunakan untuk minyak goreng. Di beberapa daerah, minyak ini lebih dikenal dengan nama minyak kelentik atau minyak krengseng. Pembuatan minyak kelapa ini merupakan upaya pemanfaatan buah kelapa yang dipanen dari kebunnya sendiri. Biasanya, kelapa yang sudah dipanen hanya mampu bertahan selama 1-2 bulan. Setelah itu, buah kelapa akan busuk, atau tumbuh menjadi anakan baru. Di samping itu, mahalnya harga minyak goreng baik yang berbahan baku kelapa, kelapa sawit, jagung, atau kedelai di pasaran juga menjadi alasan lain.
Umumnya, ibu rumah tangga hanya memproduksi minyak kelapa dalam jumlah sedikit (misalnya 20-25 butir kelapa) dalam sekali produksi. Dari bahan baku tersebut, dihasilkan sekitar 2-3 liter minyak kelapa, tergantung dari kualitas kelapa yang digunakan dan proses pembuatannya. Frekuensi pembuatannyapun cukup lama, biasanya sampai minyak goreng tersebut habis. Alasan lain yangmembuat produksi dalam jumlah sedikit juga disebabkan karena daya simpan minyak kelapa goreng tidak bisa terlalu lama, sekitar 1-2 bulan. Hal ini disebabkan oleh adanya proses pemanasan. Di atas suhu 80° C saat proses pemanasan berlangsung, banyak kandungan antioksidan yang menguap dan hampir semua jenis protein mengalami denaturasi. Oleh karenanya, minyak kelapa mudah teroksidasi sehingga menyebabkan ketengikan.
Proses pembuatan minyak kelapa murni dengan cara tradisional sangat mudah untuk diterapkan oleh petani di pedesaan. Di samping peralatan yang digunakannya sangat sederhana, teknologi prosesnya pun cenderung mudah dilakukan. Tahap yang perlu dilalui untuk terbentuknya minyak kelapa yaitu pembuatan santan kelapa. Dengan Cara pemanasan, dari santan ini akan diperoleh minyak kelapa. Pemanasan yang dilakukan sangat tergantung pada besar-kecilnya api yang digunakan. Umumnya, bersuhu sekitar 100 – 110 °C. Suhu ini dikatakan ideal karena pada suhu tersebut air yang terdapat dalam santan akan menguap. Dengan demikian, protein yang berikatan dengan air pun akan pecah.
Selanjutnya, protein akan mengalami denaturasi (rusak). Dengan demikian, protein yang mengikat lemak (minyak) dari santan kelapa akan rusak juga. Minyak kelapa ini kemudian akan bebas dari ikatan-ikatan emulsi dengan protein sebagai emulgatornya. Dengan lepasnya ikatan-ikatan tersebut, minyak akan mengumpul tersendiri. Sementara protein pun akan berkumpul menjadi satu. Protein tersebut dikenal dengan nama blondo (tahi minyak). Pada pengolahan VCO secara tradisional, blondo akan berwarna kecokelatan karena suhu yang digunakan cukup tinggi (100-110° C). Sementara air yang masih terdapat dalam santan akan menguap selama proses pemanasan.Bahan BakuBahan utama yang digunakan dalam pembuatan VCO secara tradisional yaitu daging buah kelapa. Sementara bahan tambahan pada proses pembuatan VCO secara tradisional tidak diperlukan. Kualitas bahan (kelapa) yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas VCO yang dihasilkan, di samping juga dipengaruhi oleh proses produksi. Kecuali itu, kualitas bahan yang digunakan juga berpengaruh terhadap rendemen VCO yang dihasilkan. Semakin baik mutu kelapa yang digunakan, kualitas VCO yang dihasilkan juga akan semakin baik, di samping juga rendemennya semakin tinggi, demikian sebaliknya. Adapun ciri-ciri kelapa yang baik untuk digunakan sebagai bahan pembuatan VCO seperti berikut ini.
a) Berasal dari varietas kelapa dalam atau kelapa hibrida lokal. Rendemen yang diperoleh dari varietas ini akan lebih banyak dibandingkan dengan kelapa hibrida.
b).Telah berumur 11-13 bulan. Umur kelapa yang akan digunakan untuk membuat VCO
tidak boleh terlalu muda atau kelewat tua. Apabila terlalu muda, kandungan minyaknya masih sangat rendah sehingga rendemen yang dihasilkan akan sedikit. Sebaliknya, bila kelapa yang digunakan sudah terlalu tua, banyak kandungan minyak yang sudah diubah menjadi karbohidrat. Dengan demikian, rendemen yang dihasilkan pun akan sedikit.
c) Berat kelapa berkisar 130 g/butir. Sebaiknya, ukuran kelapa dipilih yang seragam agar memudahkan dalam penanganan.
d) Kulit sabut kelapa sudah berwarna cokelat. Hal ini menandakan bahwa kelapa tersebut sudah cukup tua.
e) Apabila dikoclak, bunyinya akan terdengar nyaring. Tentu saja hal ini sangat berhubungan dengan jumlah air yang terdapat di dalamnya. Apabila koclak, menandakan bahwa jumlah air yang berada di dalam kelapa telah berkurang. Berkurangnya jumlah air ini berhubungan dengan dekomposisi kandungan gizi kelapa. Banyak kandungan zat-zat gizi dari air kelapa yang dipindahkan ke dalam daging buahnya. Dengan demikian kandungan zat gizi yang terdapat di dalam daging buah akan bertambah banyak, terutama kandungan minyak atau lemaknya.
f) Kelapa belum berkecambah. Apabila sudah berkecambah, kelapa tersebut sudah terlalu tua sehingga kandungan gizinya banyak yang sudah berubah.
g) Apabila dibelah, daging buah berwarna putih dengan ketebalan berkisar 10-15 mm. Pada pangkal kelapa, sudah terdapat benjolan kecil berwarna kekuningan, disebut gandos. Apabila gandos tersebut sudah besar, sebaiknya tidak digunakan karena kandungan minyak dalam daging buah sudah banyak berkurang.PeralatanPeralatan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan VCO secara tradisional sebagai berikut.
1) Slumbat, alat ini digunakan untuk mengupas kelapa dari sabutnya. Alat ini sering digunakan oleh petani, terutama di pedesaan. Namun, bila ada mesin untuk mengupas sabut kelapa juga bisa digunakan agar pekerjaan mengupas kelapa menjadi lebih cepat. Di samping itu, bila anggaran sangat terbatas, parang juga bisa digunakan untuk mengupas kelapa. Namun, pengupasan kelapa dengan alat ini sangat lama.
2) Golok atau parang, alat ini digunakan untuk memecah tempurung kelapa sehingga air kelapa bisa mengalir keluar. Sebaiknya, golok atau parang yang digunakan dipilih yang berbahan besi atau baja. Tujuannya tentu saja agar proses pemecahan tempurung bisa berjalan dengan baik, di samping juga agar basil yang diperoleh terkesan rapi.
3). Ember digunakan untuk menampung air kelapa. Sebaiknya bahan ember berupa karet agar tidak mudah pecah saat diangkat atau dipindahkan bila telah terisi penuh. Ember yang digunakan tidak harus bagus, tetapi kebersihan harus tetap dijaga.
4). Penyukil digunakan untuk memisahkan daging buah kelapa dari tempurung yang menempel. Sebaiknya, penyukil terbuat dari besi agar tidak mudah berkarat. Hal yang terpenting yaitu bahwa mata pisau penyukil hams tajam agar mudah masuk ke dalam sela-sela daging buah dan tempurung. Selain itu, gagang (pegangan) penyukil juga harus nyaman sehingga memudahkan dalam penyukilan daging kelapa.
5).Mesin pemarut digunakan untuk memarut daging buah kelapa. Apabila tidak memungkinkan untuk mengadakan mesin pemarut, sementara bisa menggunakan parutan yang terbuat dari kayu dan dipasang mata pisau untuk memarutnya. Hal yang terpenting dari pemarut yaitu mata pisaunya, yaitu hams tajam dan tidak mudah berkarat. Bila periu, lakukan pengolesan minyak setelah dipakai, tentu saja sebelumnya harus dibersihkan dari sisa ampas yang masih menempel. Mata pisau ini juga erat kaitannya dengan tingkat kehalusan ampas kelapa yang diperoleh. Semakin halus butiran ampas kelapa tersebut, akan menghasilkan santan kelapa yang lebih banyak, demikian sebaliknya.
6). Kain saring santan digunakan untuk menyaring ampas kelapa saat memeras. Dengan demikian, ampas kelapa tidak terikut bersama dengan santan. Kain saring yang dipilih bisa berupa kain kaos sehingga air santan mudah keluar saat dilakukan pemerasan, sedangkan ampas kelapa tetap tertinggal di dalam kain tersebut.
7). Stoples digunakan untuk mengendapkan santan kelapa sampai terbentuk dua lapisan, yaitu krim (kepala santan/kanil) dan skim. Skim berisi protein yang terlarut dalam air. Stoples yang digunakan sebaiknya berwarna terang (transparan) sehingga kedua lapisan tersebut dapat dengan mudah bisa dilihat. Sementara bahan stoples bisa terbuat dari plastik agar ringan (tidak berat).
8). Selang digunakan untuk membuang skim santan. Bahan selang bisa terbuat dari karet agar mudah ditekuk dan tidak lengket bila tidak digunakan. Kran pun bisa digunakan untuk menggantikan fungsi selang. Kran air yang digunakan bisa berukuran 3/4 inci dan dipasang di dasar stoples.
9). Wajan digunakan untuk memasak kepala santan hingga terbentuk minyak. Sebaiknya, bahan wajan terbuat dari email sehingga tidak mudah gosong saat proses pemasakan dilakukan. Ukuran wajan disesuaikan dengan kapasitas produksi yang sedang dijalankan.
10). Pengaduk digunakan untuk mengaduk santan saat pemasakan dilakukan. Pengaduk bisa bempa susuk atau centong. Hal yang perlu diperhatikan, centong harus berukuran panjang agar tangan tidak merasa panas saat mengaduk santan. Di samping itu, bahan centong juga tidak berupa bahan yang mudah menghantarkan panas, misalnya besi. Kalau terbuat dari besi, bisa disambung dengan kayu agar tidak menghantarkan panas. Bahan centong juga hams tahan panas sehingga tidak mudah meleleh.
11). Kompor digunakan sebagai sumber pemanas dalam proses pemasakan santan menjadi minyak kelapa. Kompor yang digunakan bisa berbahan bakar minyak tanah atau gas. Dengan kedua kompos ini, besar-kecilnya api bisa dengan mudah diatur. Tungku juga bisa digunakan sebagai alat pemanas dengan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Namun, umumnya api yang dihasilkan tidak bisa diatur dengan mudah sehingga penyebaran panas tidak bisa merata. Selain itu, api yang cukup besar juga bisa membuat gosong pada wajan dan minyak kelapa yang dihasilkan.
12). Kain saring digunakan untuk menyaring minyak kelapa yang mungkin masih bercampur dengan blondo. Untuk menghasilkan minyak kelapa murni berkualitas bagus, penyaringan juga bisa dilakukan dengan kertas saring.
13). Kertas saring digunakan untuk menyaring VCO dari kotoran yang masih bisa lobos oleh penyaringan menggunakan kain. Kertas saring yang digunakan untuk menyaring VCO yang dibuat secara tradisional hanya terdiri dari satu macam, yaitu ukuran 10 mikron. Kertas saring dipotong kecil sesuai dengan ukuran corong. Kertas saring bisa dibeli di toko kimia atau apotek. Harganya bervariasi, tetapi kisarannya sekitar Rp 4.000,00.Cara PembuatanTahap pembuatan VCO secara tradisional dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pembuatan santan kelapa, pembuatan VCO, serta penyaringan.
1. Pembuatan santan kelapa:
Adapun tahap-tahap pembuatan santan kelapa secara tradisional sebagai berikut.
a).Kupas sabut kelapa dengan slumbat sampai sabut tersebut terpisah dari daging buah kelapa yang masih terbungkus oleh tempurung kelapa. Selain slumbat, parang atau mesin pengupas kelapa juga bisa digunakan, tergantung skala usaha yang kita inginkan, dan tentu saja juga disesuaikan dengan anggaran yang kita miliki. Pada proses ini diperoleh sabut kelapa sebagai hasil sampingnya. Sabut kelapa masih bisa diolah menjadi berbagai kerajinan tangan dan media tanam
b).Belah kelapa yang masih terselubungi oleh tempurung kelapa menggunakan golok. Pada proses ini, sekaligus juga bertujuan untuk membuang air kelapa. Seperti pada sabut, air kelapa juga masih bisa digunakan untuk membuat kecap, asam, dan nata de coco.
c) Congkel daging buah kelapa yang masih melekat pada tempurung menggunakan pisau penyukil. Pada proses ini juga akan menghasilkan tempurung sebagai hasil sampingnya. Tempurung kelapa masih bisa dimanfaaatkan untuk pembuatan arang dan asap cair.
d) Cuci daging buah kelapa yang sudah terkumpul di dalam ember. Pencucian sebaiknya menggunakan air mengalir agar lebih cepat bersih, di samping juga lebih bersifat higienis.
e) Haluskan ukuran daging buah kelapa menggunakan pemarut. Apabila memungkinkan, bisa menggunakan mesin pemarut agar proses pemarutan bisa berjalan dengan cepat. Usahakan ukuran partikel parutan sekecil mungkin agar santan yang diperoleh lebih banyak.
f) Campurkan air ke dalam hasil parutan dengan perbandingan 10 : 6. Artinya, dari hasil parutan 10 butir kelapa ditambahkan 6 liter air. Apabila jumlah air yang ditambahkan terlalu sedikit, kemungkinan masih ada sisa minyak yang tertinggal di dalam ampas kelapa. Namun, bila penambahannya terlalu banyak, hanya akan menyulitkan saat membuang air karena jumlah air dibandingkan minyak dalam santan jauh lebih banyak.
g) Remas-remas santan menggunakan tangan. Tujuannya yaitu untuk mengeluarkan seluruh kandungan gizi, terutama minyak yang terdapat dalam butiran daging buah kelapa yang sudah halus. Semakin lama peremasan tentu saja akan menghasilkan minyak dalam santan yang lebih banyak. Sebaiknya peremasan dihentikan manakala air bilasan air sudah tidak berwarna putih (agak bening). Hal ini menandakan bahwa kandungan santan sudah berkurang.
h) Saring santan menggunakan kain saring. Tujuannya untuk memisahkan antara santan dengan ampasnya. Peras ampas yang masih terdapat di dalam kain saring agar sisa santan yang masih terdapat di dalam ampas bisa keluar semuanya.
2. Pembuatan VCO
Adapun tahap pembuatan VCO dengan cara tradisional sebagai berikut:
a) Endapkan santan pada ember transparan selama satu jam hingga terbentuk krim santan (kanil/kepala santan) dan skim santan. Krim santan berada di bagian atas karena mengandung minyak dalam jumlah banyak. Seperti yang kita tahu, bahwa berat jenis minyak lebih ringan dibandingkan berat jenis air. Sementara skim santan berada di bawah karena umumnya terdiri dari air dan protein. Ambil air (bagian bawah) dengan selang hingga tingggal tersisa krim bagian atasnya.
b) Ambil krim santan dan masak di atas kompor dengan suhu sekitar 100-110° C menggunakan wajan. Panaskan hingga mendidih. Aduk-aduk santan selama proses pemasakan agar panas yang diterima oleh santan bisa merata.
c) Matikan api kompor bila sudah terbentuk minyak dan blondo. Lama waktu yang dibutuhkan sampai terbentuk minyak berkisar 3-4 jam. Umumnya, minyak tersebut tidak berwarna bening, tetapi sedikit kekuningan. Sementara blondo berwarna kecokelatan. Blondo ini masih bisa dimanfaatkan sebagi bahan pangan, misalnya untuk pembuatan kue. Saring blondo dari minyak menggunakan serok. Upayakan penyaringan berjalan dengan sempurna agar tidak ada lagi sisa blondo yang terdapat di dalam minyak.
3. Penyaringan
Penyaringan dilakukan untuk memisahkan minyak dari ikutan-ikutan, berupa blondo dan kotoran lainnya. Penyaringan di sini tidak bertujuan untuk menjernihkan warna VCO. Penyaringan dilakukan dengan kain dan kertas saring. Adapun cara penyaringan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
a) Pasang kain pada corong yang telah dihubungkan dengan botol kaca. Sedikit demi sedikit, tuang VCO ke dalamnya. Sebaiknya penyaringan dilakukan dengan hati-hati karena ditakutkan tumpah.
b) Saring hasil saringan pertama dengan kertas saring. Adapun cara penyaringannya sama dengan penyaring dengan kain.
Pohon Serba Guna
Pohon kelapa yang disebut juga dengan pohon nyiur biasanya tumbuh pada daerah atau kawasan tepi pantai. Sangat banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari pohon kelapa. Mulai dari batang, daun dan buahnya, semua dapat dimanfaatkan. Mungkin karena manfaatnya sangat banyak, pohon kelapa dijadikan logo "Praja Muda Karana" (Pramuka) di Indonesia. Dalam klasifikasi tumbuhan, pohon kelapa termasuk dalam genus : cocos dan species : nucifera. Nah, sekarang mari kita bahas satu persatu bagian dan manfaat dari pohon kelapa.
Bagian-bagian Kelapa
§ Buah kelapa Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut, tempurung, kulit daging (testa), daging buah, air kelapa dan lembaga.

§ Kulit luar Kulit luar merupakan lapisan tipis (0,14 mm) yang mempunyai permukaan licin dengan warna bervariasi dari hijau, kuning sampai jingga, tergantung kepada kematangan buah. Jika tidak ada goresan dan robek, kulit luar kedap air.
§ Sabut kelapa. Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa, yaitu 35 % dari berat keseluruhan buah. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Serat adalah bagian yang berharga dari sabut. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75 % dari sabut), dan gabus 175 gram (25 % dari sabut).
Tempurung Tempurung merupakan lapisan keras yang terdiri dari lignin, selulosa, metoksil dan berbagai mineral. Kandungan bahan-bahan tersebut beragam sesuai dengan jenis kelapanya. Struktur yang keras disebabkan
§ oleh silikat (SiO2) yang cukup tinggi kadarnya pada tempurung. Berat tempurung sekitar 15~19 % dari berat keseluruhan buah kelapa.
§ Kulit daging buah. Kulit daging buah adalah lapisan tipis coklat pada bagian terluar daging buah.
§ Daging buah. Daging buah merupakan lapisan tebal (8~15 mm) berwarna putih. Bagian ini mengandung berbagai zat gizi. Kandungan zat gizi tersebut beragam sesuai dengan tingkat kematangan buah. Daging buah tua merupakan bahan sumber minyak nabati (kandungan minyak 35 %). Pada tabel 2 dapat dilihat komposisi zat gizi daging buah kelapa.
§ Air kelapa. Air kelapa mengandung sedikit karbohidrat, protein, lemak dan beberapa mineral. Kandungan zat gizi ini tergantung kepada umur buah. Air kelapa dapat digunakan sebagai media pertumbuhan mikroba, misalnya Acetobacter xylinum untuk produksi nata de coco.
Manfaat Pohon Kelapa
Ada beberapa komoditi yang dapat diperoleh dari pohon kelapa, yaitu batang, daun, nira dan bagian-bagian.
Batang
Batang kelapa tua dapat dijadikan bahan bangunan, mebel, jembatan darurat, kerangka perahu dan kayu bakar. Batang yang benar-benar tua dan kering sangat tahan terhadap sengatan rayap. Kayu dari pohon kelapa yang dijadikan mebel dapat diserut sampai permukaannya licin dengan tekstur yang menarik
Daun
Daun kelapa sering digunakan untuk hiasan atau janur, sarang ketupat dan juga atap rumah. Tulang daun atau lidi dijadikan barang anyaman, sapu lidi dan tusuk daging (sate).
Nira
Nira adalah cairan yang diperoleh dari tumbuhan yang mengandung gula pada konsentrasi 7,5 sampai 20,0 %. Nira kelapa diperoleh dengan memotong bunga betina yang belum matang, dari ujung bekas potongan akan menetes cairan nira yang mengandung gula. Nira dapat dipanaskan untuk menguapkan airnya sehingga konsentrasi gula meningkat dankental. Bila didinginkan, cairan ini akan mengeras yang disebut gula kelapa. Nira juga dapat dikemas sebagai minuman ringan.
Buah
Banyak dari bagian buah merupakan bahan yang bermanfaat. Sabut kelapa yang telah dibuang gabusnya merupakan serat alami yang berharga mahal untuk pelapis jok dan kursi, serta untuk pembuatan tali
Tempurung kelapa
Tempurung kelapa dapat dibakar langsung sebagai kayu bakar, atau diolah menjadi arang. Arang batok kelapa dapat digunakan sebagai kayu bakar biasa atau diolah menjadi arang aktif yang diperlukan oleh berbagai industri pengolahan.
Daging kelapa
Daging kelapa merupakan bagian yang paling penting dari komoditi asal pohon kelapa. Daging kelapa yang cukup tua, diolah menjadi kelapa parut, santan, kopra, dan minyak goreng. Sedang daging kelapa muda dapat dijadikan campuran minuman cocktail dan dijadikan selai.
Air kelapa
Air kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kecap dan sebagai media pada fermentasi nata de coco.